Cerita Gw dan Hape

Siapa sih di antara kita yang tidak punya hape, sekarang ini? Gw yakin, hampir 100% yang baca blog gw ini pasti punya hape. Bahkan mungkin ga cuma punya satu, tapi punya dua atau lebih. Iya, saat ini hape seperti menjadi kebutuhan primer setiap orang. Mereka banyak melakukan aktivitas melalui perangkat seluler ini. Mulai dari bekerja, bersosialisasi sampai urusan religi. Bahkan ada yang ga sanggup berpisah dengan hapenya, rela balik ke rumah lagi kalo hapenya ketinggalan.

Nah, bicara soal hape, gw mau cerita soal rentetan hape yang pernah gw miliki dari dulu. Ada banyak cerita di setiap hape gw ini. Well, ini dia Continue reading

30 Paspor di Kelas Profesor – Buku 2

Genre : Travel + Motivasi
Score : 4/5

Informasi tentang buku ini pada awalnya saya dapat dari teman yang memasang gambarnya di salah satu akun media sosial medianya. Saya langsung tertarik membaca sinopsisnya dan beberapa testimoni yang sudah membaca buku ini. Sayangnya pas ke toko buku, saya hanya bisa mendapatkan buku 2 saja, karena buku 1-nya kosong. Tapi tak apalah, saya memulai membacanya dari buku 2 saja, karena secara substansi ga ada yang hilang meski saya membacanya dari buku 2.

Buku ini diawali dengan kata pengantar dari sang profesor, Rhenald Kasali. Dia menceritakan program ‘unik’ yang dia jalankan di kelas Pemasaran International, program yang awalnya banyak ditentang oleh pihak-pihak di lingkungan terdekat seperti rekan dosen dan orangtua mahasiswa, tapi lucunya dari pihak luar memberikan pujian dan penghargaan atas programnya yang dianggap breakthrough dan kreatif. Apa programnya?

Sang profesor menugaskan mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut untuk pergi keluar negeri sendiri, observasi tentang negara tersebut, berusaha sendiri termasuk ngurus paspor, visa dan segala macamnya, serta kalau perlu dengan biaya hasil usaha sendiri. Terakhir, destnasi negara ga boleh sama. Kalaupun sama, ga boleh satu kota. Makanya mahasiswa sudah harus cepet-cepetan daftar ke negara mana mereka akan berangkat. Dari tugas itulah berkembang 30 cerita, yang di buku 2 ini ada 16 cerita di dalamnya. Continue reading

[Fatih] Mulai ‘Bertingkah’

Memasuki usia 8 bulan, tingkah Fatih sudah semakin banyak. Ada-ada saja yang dia lakukan, mulai dari hal-hal yang menggemaskan sampai yang menghawatirkan. Fatih juga semakin pintar memberikan respon. Misalnya saja sudah bisa memberikan tanda ingin diambil/digendong atau menggerakkan badan ke arah yang diinginkan.

Satu hal yang semakin menjadi-jadi adalah mengunyah setiap barang yang dijangkaunya. Semua barang yang berhasil diraih dan dipegang akan berakhir di mulut Fatih. Gw sebagai bokap kadang parno berlebihan. Hehehe… Continue reading

[Fatih] 8 months old

Tepat 10 November 2014 kemarin, Fatih genap berusia 8 bulan. Tak terkira bahagia kami sebagai orang tua bisa melihat Fatih tumbuh dan berkembang. Setiap saat ada saja laporan mamanya tentang ‘kelakuan’ Fatih.

image

Mulai dari bisa merangkak, hingga sore ini (13 November 2014) Fatih sudah bisa merambat berdiri. Huwaaa… Senangnya melihat itu semua. Bagaimana tidak, Fatih yang dulu lahir begitu kecil dan mungil kini sudah mulai bertambah besar. Sudah mulai bisa bereaksi, ketawanya pun makin jadi, pun dengan marah dan ngambeknya. Ekspresinya semakin membuat hati saya ga bisa ga kangen dengan suasana di Surabaya. Continue reading

[Fatih] Goes to Jakarta

Fatih, my baby boy, lahir di Palu, 10 Maret 2014. Setelah usia dua bulan, dia ikut mamanya ke Surabaya. Belum pernah sekalipun dia mengunjungi saya, abinya, di Depok. Sebenarnya pernah sih, waktu masih dalam kandungan 6 bulan. Hehehe… Makanya pas Idul Adha kemarin, mamanya dapat ijin, Fatih pun di boyong ke Jakarta.

Tanggal, 4 Oktober 2014, Fatih untuk pertama kalinya ‘menginjakkan’ kaki di Jakarta. Berdua dengan mamanya, mereka Alhamdulillah tiba dengan selamat. Saya menjemputnya di depan gerbang kedatangan. Menurut pengakuan mamanya, Fatih anteng, ga rewel sama sekali selama perjalanan. Dari bandara kami tidak langsung ke Depok, rencananya kami akan melakukan sholat Ied di kantor saya. Sebagai pengurus masjid di Kantor, berjanji akan ikut serta memeriahkan acara di sana, lengkap dengan keluarga. Oleh karena itu kami menginap di sebuah hotel di bilangan pancoran, dekat dengan kantor saya. Continue reading